eko indra eko indra Author
Title: Over??? atau Under???
Author: eko indra
Rating 5 of 5 Des:
Terkadang sebagai seorang pembuat keputusan kita dihadapkan pada satu keadaan dimana dituntut untuk secepat mungkin menegakkan diagnosis....
Terkadang sebagai seorang pembuat keputusan kita dihadapkan pada satu keadaan dimana dituntut untuk secepat mungkin menegakkan diagnosis. Hal ini penting dalam hubungannya dengan keakuratan pemberian terapi terhadap pasien. Namun terkadang kita menemukan langsung dua kemungkinan yang sama sulitnya sebagai pilihan.
Saat kita harus memilih diagnosis tidak jarang kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam over diagnosis atau under diagnosis.Kedua-duanya memang perlu kita hindari karena idealnya seorang dokter menegakkan diagnosis tepat sesuai kondisi objektif pasien. Namun, tentu semua berpulang kepada subjektifitas individu seorang dokter dan prinsip bahwa "medicine is art". Disinilah dibutuhkan kepiawaian seorang dokter dalam memutuskan diagnosis. Bagi saya pribadi kemampuan mendiagnosis merupakan pedang bagi seorang klinisi.
Kembali kepada pembahasan awal bahwa ketika memang sulit untuk menegakkan diagnosis pasti dan dihadapkan pada overdiagnosis maupun underdiagnosis maka kita harus membuat satu pilihan.

lanjut baca

Satu waktu, saya kedatangan seorang pasien, sebut saja Tn.X dengan keluhan nyeri perut cukup hebat disertai dengan sesak napas. Keluhan nyeri perut memang sangat dominan sehingga saya hampir bisa menyingkirkan penyebab dari sistem kardiovaskuler. Namun melihat langsung keadaan pasienku ini, saya masih tetap curiga adanya penyebab penyakit jantung yang mendasari. Akhirnya setelah pemeriksaan fisik, saya anjurkan untuk pemeriksaan tambahan elektrokardiografi. Hasil yang terlihat, hanya terdapat sebuah lead precordial yang mengalami ST-elevasi, itupun tidak terlalu khas untuk acute miokard infark. Alhasil saya hanya berikan terapi oksigen untuk mengurangi gejala sesaknya, dan mengurungkan niat memberikan vasodilator seperti nitrogliserin dan antitrombotik agen (aspilets).
Setelah itu konsentrasi saya hanya pada penyakit gastrointestinalnya dan diagnosis AMI hanya berada didalam kepalaku.
Gak lama berselang, saya dikejutkan dengan jeritan keluarga pasien yang betul-betul membuat terkejut. Karena tiba-tiba Mr.X berhenti bernapas. Semua kru IGD pun mendadak sibuk melakukan resusitasi hingga akhirnya aku nyatakan bahwa pasienku telah meniggal dunia. Innalillah..
Begitu cepat, dan tanpa terdeteksi. Ia jelas-jelas mengalami serangan jantung hingga merenggut nyawa begitu singkat.

Dalam perenungan aku berpikir...
Andai saja aku mengikuti insting kecilku buat memercayai kondisi klinis pasien bahwa ia mengalami AMI,
Andai saja aku gak lebih percayai bahwa pemeriksaan penunjang lebih baik dari temuan klinis,
Andai saja aku memberikan ISDN dan aspilets secepat mungkin,
Andai saja aku lebih berani untuk sedikit overdiagnosis,
Mungkin pasienku bisa tertolong..

Dalam hal tersebut diatas mungkin overdiagnosis lebih menguntungkan kita dibanding underdiagnosis. Namun dalam kasus lain tentu berbeda.
Ok guys, gimana menurut kalian? mana lebih baik?
Semoga bermanfaat.


Cilegon, Banten, Indonesia.
23 september 2009





About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top