eko indra eko indra Author
Title: Berkarya Dalam Keterbatasan
Author: eko indra
Rating 5 of 5 Des:
Satu waktu, saat sedang menjalankan aktivitas rutinku seperti biasa di IGD, seorang wanita paruh baya berjalan dengan tertatih-tatih dengan...
Satu waktu, saat sedang menjalankan aktivitas rutinku seperti biasa di IGD, seorang wanita paruh baya berjalan dengan tertatih-tatih dengan dituntun seorang pemuda yang tak lain tukang ojek. Setelah duduk tepat didepanku, wanita tersebut menyapa dengan sopannya dan menyebutkan keluhan penyakitnya. Ia menderita diare. Prihatin melihat kondisi si ibu, akupun meluangkan waktu sejenak untuk berbincang-bincang dengan wanita tersebut. Kalau gak salah ingat namanya adalah Ny.Warsini (maaf jika ternyata saya memang salah mengingat).

Dengan suka rela beliau bercerita tentang dirinya yang ternyata dalam sebuah perjalanan keliling Indonesia untuk memecahkan rekor MURI sebagai Tunanetra pertama yang berkeliling Indonesia. oops kejutan pertama buatku.
Hmm.. menarik juga pasien satu ini aku pikir.
Pertanyaan berikutnya tentu sama dengan yang teman-teman pikirkan.
"Sudah kemana saja Bu?"
dan dengan cukup jelas beliau berceloteh "Wah, saya sudah kemana-mana Dok, hampir semua kota sudah saya kunjungi. Yang belum ya Banten ini, yang terakhir" (o..ow kejutan kedua).

Lanjut Baca...

Setengah terbelalak dalam keterkejutanku, aku berpikir kok bisa ya, seorang tunanetra bisa bepergian begitu jauh tanpa ditemani seorangpun. Sementara aku pribadi, cukup malu jika dibandingkan ibu ini. Masih bisa kuhitung dengan jariku sendiri tempat-tempat yang pernah kukunjungi dinegeri indah ini. Maklum selain kurang niat karena kungkungan kesibukan aktivitasku pribadi, aku juga kurang modal (justifikasi yang sebenernya kurang bisa diterima).

Keasikan ngobrol buatku lupa tentang tujuan ibu ini datang ke Rumah sakit. Sampai akhirnya aku kembali meng-anamnesis (menanyakan tentang keluhan/gejala subjektif) pasien istimewaku ini. Sejawat perawat pun berlomba-lomba menolong ibu warsini. Mulai merelakan stok obat diare pribadi sampai mengambilkan air minum untuk ibu ini. Pokoknya pelayanan prima deh. Andaikan semua pasien kita perlakukan seperti ini. Setelah semua obat-obatan diminum, aku lanjutkan bincang-bincang dengan ibu warsini. Ia kembali bercerita dan mengejutkanku untuk ketiga kalinya, bahwa dirinya juga seorang dosen di Universitas Riau tepatnya dibidang pendidikan PPKN. Ia seorang doktor (S3) yang tengah mempersiapkan gelar profesornya dan InsyaAllah tahun ini beliau dapat meraihnya "sekaligus penghargaan dari Bpk.SBY, Dok", cetusnya melanjutkan cerita.
Tak puas dengan ceritanya aku pun sedikit mengusik masa lalu bu Warsini tentang keterbatasannya tidak dapat melihat. Kedua matanya tidak dapat melihat bukan dari sejak lahir, namun dikarenakan sebuah kecelakaan yang mengambil paksa kemampuannya untuk menikmari dunia visual. Khawatir membuatnya sedih aku alihkan pertanyaanku tentang dunia keluarga beliau. Ternyata beliau memiliki seorang suami luar biasa, seorang pejabat TNI aktif dengan pangkat Mayjen, masih bertugas di Mabes TNI-AD Jakarta dan mempunyai anak-anak berprestasi salah satunya "Anak saya yang bungsu sekarang kuliah di FKUI". Hmmm ternyata ibu ini betul-betul menarik perhatianku.

Obrolan seru kami harus terputus karena ibu warsini ternyata sudah memiliki janji bertemu dengan walikota dikotaku (Cilegon) setelah sebelumnya bertemu dengan orang-orang penting di Provinsi Banten termasuk gubernur Banten, ibu Atut Chosiah, "Ibu atut bilang saya ini orangnya lucu Dok" celetuknya lagi.

Sebelum pergi beliau menyerahkan sebuah buku lebih mirip seperti testimoni, dimana lembar demi lembarnya telah terisi berbagai tulisan pejabat-pejabat penting yang pernah ditemuinya lengkap dengan tanda tangan dan stempel instansi terkait. Buku itu nantinya akan dipakai sebagai bukti bahwa beliau memang benar telah mengunjungi tempat demi tempat dinegeri ini dan stempel merupakan validitas mutlak.
Beliau memintaku menuliskan sesuatu sebagai bukti bahwa yang bersangkutan memang telah mengunjungi RSUD tempatku bekerja lengkap dengan stempel nama dan stempel instansi katanya. Aku jadi tersanjung dibuatnya.
Terima kasih Bu Warsini, Terimakasih untuk pertemuan singkat yang sangat Inspiratifnya.
Jika dengan keterbatasan beliau bisa berkarya, kenapa terkadang kita yang memiliki kesempurnaan fisik masih ragu untuk melangkah maju???

Semoga Bermanfaat,
15 November 2009



Eko Indra P.,dr.
RSIA Kurnia
Cilegon, Banten, Indonesia




About Author

Advertisement

Posting Komentar

Anonim mengatakan... 18 November 2009 pukul 03.06

kalau ada kemauan pasti ada jalan.. walau gelap dipandang terang di hati..

slm
Novi

Unknown mengatakan... 14 Januari 2010 pukul 09.26

salut saya...

Hana Mugiasih mengatakan... 29 Juni 2010 pukul 17.26

Siapa pun bisa menjadi inspirasi bagi kita, tanpa melihat fisik dan latar belakang orang tersebut. Trims atas kisah inspiratifnya, dok...

Livia Capriana mengatakan... 1 Juli 2010 pukul 02.13

Nii dia niy sang wanita hebatt..
sebuah potret kehidupan yang patut diteladani yaa...
kesederhanaannya secara fisik membuatnya special karena keputusan semangat hidupnya...
skrg "si ibu" udah masuk MURI kali yaa??.. ;)

Livia Capriana mengatakan... 1 Juli 2010 pukul 02.31

oya...stempel namanya ikut masuk MURI dooonnkkk,.
nebeng terkenal yaaaa.....walopun stempel namanya dluan yg tenar,,heheehhehe......
Kidding (",)

Anonim mengatakan... 12 Juli 2013 pukul 00.01

wow keren wanita renta penuh motivasi

obat penyakit asam urat

obat kanker payudara mengatakan... 21 November 2013 pukul 23.41

cold weather so much fun to read and read helpful information like this before, thanks for the information :)

 
Top